KISAH PERTAUBATAN KAUM NABI MUSA


kisah ini disebutkan dalam kitab at-Tawwabiin karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi rohimahulloh. Diriwayatkan dari al-Hasan, Nabi Musa ‘alaihissalam suatu ketika pernah menghadap kepada Robbnya, Allah subhanahu wata’alaa guna memohon agar Dia berkenan menerima taubat kaumnya karena menyembah anak sapi. Allah subhanahu wata’alaa lalu berfirman, “Wahai Musa, mereka ini tidak akan diterima taubatnya kecuali jika mereka mau membunuh dirinya sendiri.

Karena telah mendapatkan wahyu dari Allah subhanahu wata’alaa demikian itu, Nabi Musa ‘alaihissalam pun kembali menemui kaumnya seraya berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya Allah menolak taubat kalian, kecuali jika kalian semua mau membunuh dirinya sendiri. Hanya itulah cara taubat kalian. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Robbmu.”

Hal ini juga sebagaimana yang difirmankan oleh Alloh ta’alaa dalam al-Qur’an, Alloh berfirman,
 “dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kalian telah Menganiaya diri kalian sendiri karena kalian telah menjadikan anak sapi (sebagai sesembahan kalian), Maka bertaubatlah kepada Robb yang menjadikan kalian dan bunuhlah diri kalian. hal itu adalah lebih baik bagi kalian pada sisi Robb yang menjadikan kalian, Maka Allah akan menerima taubat kalian. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS Al Baqarah: 54)

Adapun yang dimaksud dengan “Membunuh diri kalian” dalam ayat ini, ada yang mengartikan, orang-orang yang tidak menyembah anak sapi itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan, orang yang menyembah patung anak sapi itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan, mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.

Kemudian, Bani Israil, kaum Nabi Musa ‘alaihissalam menjawabnya dengan berkata, “Hai Musa, sebenarnya kami telah bersabar atas perintah Allah SWT dan semua orang pun telah menyesali segala perbuatan yang pernah mereka lakukan,”. Nabi Musa ‘alaihissalam kemudian mengikat janji kepada mereka yang intinya agar tetap bersabar, untuk bunuh diri dan menerima putusan tersebut. Mereka pun setuju dan serentak menjawab, “Ya.”

Selanjutnya, Keesokan hari mereka telah bersiap menghancurkan rumah masing-masing, masing-masing keluarga berada di kelompoknya. Setelah semuanya siap, Nabi Musa ‘alaihissalam kemudian memerintahkan kepada orang-orang yang tidak pernah menyembah anak sapi dari kalangan Bani Israil agar masing-masing dari mereka mengambil pedangnya dan siap menebas siapapun yang mereka temui. Akhirnya mereka berangkat dalam suatu kekuatan penuh dan berkata, “Allah akan mengasihi kepada siapapun yang tidak meninggalkan tempat duduknya. Tidak mengangkat pandangan matanya, tidak mencegah melalui tangan dan kakinya dan enggan berdiri dari tempatnya, sehingga Allah memberikan hukuman-Nya.

Mereka pun akhirnya membunuh siapa saja, sehingga seorang laki-laki dari Bani Israil mendatangi kaumnya pada saat mereka sedang duduk di halaman rumahnya masing-masing, dengan mengatakan kepada mereka, “Orang-orang (yang datang) ini adalah saudara kalian sendiri. Mereka ini datang sambil menghunus pedangnya masing-maisng. Maka, takutlah kalian kepada Allah dan bersabarlah, karena sesungguhnya laknat Allah dan malaikat-Nya ada pada orang yang telah berdiri meninggalkan tempat duduknya, membuka pandangan matanya atau yang mempertahankan diri dengan tangan dan kakinya (menolak hukuman dari Alloh ta’alaa).” Mereka lalu menjawab, “Amiin.

selain itu diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas, rodhiallohu ‘anhuma bahwa ketika kaum Nabi Musa ‘alaihissalam telah diperintahkan agar satu sama lain saling membunuh, maka mereka berkata, “Wahai Rasul Allah, bagaimana mungkin kami akan membunuh orang tua, anak dan saudara kami sendiri?

Rasul shollallohu ‘alaihi wasallam kemudian melanjutkan sabdanya, “Allah kemudian menurunkan cuaca gelap kepada mereka, sehingga mereka tidak dapat melihat satu sama lain dan akhirnya mereka pun saling membunuh (untuk menjalankan perintah Allohh, sekaligus membuktikan kesungguhan taubat mereka).

Mereka kemudian berkata, “Wahai Nabi Musa ‘alaihissalam, apakah tanda-tanda daripada taubat kami?” Nabi Musa ‘alaihissalam lalu menjawab, “Jika semua pedang dan senjata telah ditegakkan dan kegelapan sudah sirna, janganlah kalian membunuh!”.

Akhirnya Terjadilah saling membunuh di antara mereka, bahkan darah yang ditumpahkan membasahi kain jubah mereka, kemudian mereka pun seperti berenang dalam darah yang mengalir itu, menjeritlah anak-anak kecil memanggil Nabi Musa ‘alaihissalam, “Hai Musa, ampunilah kami!” Akhirnya Nabi Musa as pun menangis mengadu kepada Allah SWT dan Allah berkenan menurunkan rahmat-Nya pula dan diangkatlah pedang yang ada. Nabi Musa ‘alaihissalam pun berseru kepada mereka, “Singkirkan pedang kalian dari saudara-saudara kalian sendiri, karena sesungguhnya rahmat Allah telah turun dan kegelapan pun telah disirnakan dan usailah pembunuhan itu!” Akhirnya mereka yang terbunuh itu termasuk mati syahid dan mereka yang masih hidup, telah diampuni dosanya oleh Alloh swt.

kisah kesungguhan taubat dari kaum Nabi Musa ‘alaihissalam. Mereka rela dibunuh sebagai hukuman dari Alloh swt, karena sebelumnya mereka telah menyekutukan Alloh swt dengan seekor anak sapi. Inilah kesungguhan taubat, taubat nasuha yang telah dibuktikan dengan amal sholeh mereka, mereka rela menerima hukuman apapun dari Alloh ta’alaa, karena perbuatan mereka, selama Alloh menerima taubat mereka, Subhanalloh.


Kemudian dengan rahmat Alloh ta’alaa, hukuman saling membunuh bagi mereka yang melakukan kesyirikan tersebut, kini telah dihapus oleh Alloh swt dalam syari’at Nabi Muhammad saw. Kini orang yang bermaksiat, hanya cukup bertaubat dengan taubatan Nasuha, yakni dengan membuktikan taubatnya dan menjalankan syarat-syarat taubat. Mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran berharga dalam kisah taubat kali ini. Amin. Wallohu a’lam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KISAH PERTAUBATAN KAUM NABI MUSA"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.