Mengenal Kondisi dan Pembagian Hati, Hati ibarat
seorang raja yang mengatur bala tentara. Ia memberi perintah dan berbuat sesuka
hati, sementara mereka semua berada di bawah perbudakan dan kekuasaannya.
Mereka akan lurus atau menyeleweng itu karena mengikuti keinginannya, baik yang
diperintahkan maupun yang dilarang. Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda.
"Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia ada
segumpal daging. jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak,
maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah
hati". Hadits Riwayat Muslim.
Hati ibarat raja bagi jasad, sementara jasad ibarat
tentara yang siap melaksanakan titah sang raja. setiap amalnya yang lurus
bersumber dari hati dan niat sang raja. Dan hati bertanggung jawab atas kinerja
jasad.
Karena, setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya. Oleh sebab itu, memperbaiki dan meluruskan hati merupakan
tugas pertama yang diemban orang-orang yang menapaki jalan kebenaran. sementara
memeriksa penyakit dan mengobatinya, ialah tindakan paling urgen yang dilakukan
oleh para ahli ibadah.
Bila seseorang tidak bisa menyelamatkan hatinya, ia
tidak akan bisa mencegahnya dari perangkap dan tipu daya setan, kecuali dengan
memohon pertolongan Alloh ‘azza wa jalla.
Ketika mengetahui sumber ketergantungan hati, iblis
menyertainya dengan perasaan was-was, menghadapkannya dengan berbagai
kesenangan, dan menghiasai keadaanya dengan perbuatan yang bisa menggelincirkannya
dari jalan kebenaran.
Iblis juga membentangkan perkara-perkara yang
menyebabkannya melampaui batas. Sehingga, ia tidak akan memperoleh taufik dari
Alloh Ta’ala. Selain itu, iblis akan memasang perangkap dan jerat-jerat yang
akan menjerumuskannya pada suatu waktu. Dengan demikian, kita harus selalu
memohon pertolongan Alloh ‘azza wa jalla, dan mengikuti jalan keridhoan-Nya
agar selamat dari perangkap, dan tipu daya iblis. Juga menyandarkan hati kepada
Alloh ‘azza wa jalla, menetapi perintah-Nya dalam gerak dan diam kita, serta
cermat dalam beribadah yang merupakan faktor utama, untuk bisa masuk ke dalam
jaminan Alloh ‘azza wa jalla, sebagaimana Firman Alloh ‘azza wa jalla.
Artinya, "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, tidak ada
kekuasaan bagimu wahai iblis terhadap mereka, kecuali orang-orang yang
mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat". Qur’an Surat Al-Hijr ayat
42.
Berdasarkan sifatnya, hati dibagi menjadi tiga macam, yakni
hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati.
Pertama. Hati yang Sehat.
Hati yang sehat dan selamat kata Ibnul Qoyyim, adalah “Hati
yang lepas dari noda syirik, dan hati yang mengikuti ajaran Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam. Inilah hati yang nantinya bermanfaat ketika bertemu Sang Kholik
di hari kiamat kelak. Dan juga beliau mengatakan, “Hati yang sehat lebih
mengutamakan hal bermanfaat daripada hal berbahaya”. Tanda-tanda hati yang
sehat adalah selalu mengutamakan yang bermanfaat, seperti beriman kepada Alloh ‘azza
wa jalla, belajar, dan menuntut ilmu syar’i, membaca dan mentadabburi Al-Quran,
membaca buku-buku yang bermanfaat, dan sebagainya.
Yang kedua. Hati Yang Sakit, Hati yang sakit ialah hati
yang hidup, tapi terjangkit penyakit. Terkadang hatinya condong kepada kebaikan,
namun terkadang berat pada kemaksiatan. Semua itu terjadi ketika ia mampu
mengalahkan salah satu dari keduanya.
Di dalam hati tersebut ada cinta kepada Alloh ‘azza wa
jalla, Iman kepada-Nya, ikhlas untuk-Nya, tawakal kepada-Nya, dan itulah yang
menyebabkannya hidup. Namun di dalamnya adapula cinta dan pengutamaan terhadap
syahwat, serta ia memiliki hasrat yang kuat untuk meraihnya.
Ia seringkali iri, ujub, sombong, suka membuat
kerusakan dimuka bumi, dan suka menjadi pemimpin dalam kemaksiatan. Itulah
bahan yang menyebabkan hatinya rusak dan hancur.
Ia diuji dua penyeru. Pertama, penyeru yang mengajaknya
kepada Alloh ‘zza wa jalla dan Rasul-Nya serta kehidupan Akhirat. Kedua,
penyeru yang mengajaknya kepada kehidupan dunia. Dalam hal ini, ia hanya
memenuhi ajakan tetangga yang paling dekat di antara keduanya.
Yang ketiga. Hati yang Mati, Hati yang mati ialah hati
yang di dalamnya tiada kehidupan. Ia tidak mengetahui Robb-nya sehingga tidak
menyembah Alloh ‘azza wa jalla sesuai perintah-Nya, serta tidak mencintai apa
yang dicintai dan diridhoi-Nya. Bahkan, ia berjalan bersama syahwat dan
kesenangan-kesenangannya, meskipun mengandung amarah dan murka dari Robb-nya.
selama mereka senang dengan syahwatnya, ia tidak perduli apakah Robb-nya ridho
atau murka.
Ia beribadah kepada selain Alloh ‘azza wa jalla karena
cinta, takut, mengharap, ridho, marah, mengagungkan, dan merasa rendah.
Bila cinta, cintanya karena hawa nafsu. bila marah,
marahnya karena hawa nafsunya. bila tidak memberi, hal itu karena hawa nafsunya,
sedangkan bila memberi, juga karena hawa nafsunya.
Intinya, nafsunya lebih berpengaruh baginya daripada
ridho Robb-nya. Pemimpinnya ialah nafsu, pengendalinya ialah syahwat, sopirnya
ialah kebodohan, dan kendaraannya ialah lalai. Tujuan duniawi membuatnya
tenggelam, sedangkan nafsu dan cinta dunia menjadikannya mabuk kepayang.
ia menyeru kepada Alloh ‘azza wa jalla dan negeri
akhirat dari tempat yang jauh. Ia tidak memenuhi petuah orang yang memberi
nasihat, dan mengikuti setiap syaithon yang durhaka. Berkumpul dengan pemilik
hati ini ialah penyakit, bergaul dengannya ialah racun, dan duduk-duduk
bersamanya ialah kebinasaan.
Demikianlah pembahasan kita pada edisi kali ini,
mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dan hikmahnya, dan
mengaplikasikannya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Alloh ‘azza wa
jalla senantiasa memelihara hati kita dari hati yang kotor. Aamiin. Wallohu
a’lam.
wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
0 Response to "MENGENAL KONDISI DAN PEMBAGIAN HATI"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.