KISAH NABI SHALIH ‘ALAIHISSALAM DALAM AL-QUR'AN BAGIAN 1


Dahulu di Jazirah Arab, tepatnya daerah Hijr yang terletak antara Hizaj dan Syam, dimana tempat tersebut sekarang disebut “Madaa’in Shalih” ada sebuah kabilah yang bernama kabilah Tsamud. Nenek moyang mereka nasabnya sampai kepada Saam bin Nuh ‘alaihissalam.

Kehidupan mereka makmur, mereka memahat gunung dan menjadikannya sebagai rumah. Mereka menempati rumah itu di musim dingin untuk melindungi mereka dari hujan dan angin kencang. Mereka juga membuat istana pada tanah-tanah yang datar yang mereka tempati di musim panas. AllahSubhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada mereka nikmat yang begitu banyak, Dia memberikan kepada mereka tanah yang subur, air tawar yang melimpah, kebun-kebun yang banyak, tanaman-tanaman, dan buah-buahan. Akan tetapi, mereka membalas nikmat tersebut dengan sikap ingkar.

Mereka kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak menyembah-Nya, yang mereka sembah malah patung dan menjadikannya sebagai sekutu bagi Allah ta’alaa. Kepada patung-patung itu, mereka berdoa, mempersembahkan korban, dan memberikan sikap tadharru’ (perendahan diri) kepadanya.

Maka Allah ingin memberi mereka hidayah dengan mengutus seorang nabi di antara mereka, yaitu Nabi Shalih ‘alaihissalam. Ia adalah seorang yang mulia, bertakwa dan dicintai di kalangan kaumnya. Mulailah Nabi Shalih ‘alaihissalam mengajak kaumnya beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan patung-patung yang mereka sembah selain Alloh ta’alaa. Nabi Sholih ‘alaihissalam berkata kepada mereka, 

Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Robb yang berhak disembah bagi kalian selain Dia.” (Al A’raaf: 73)

Tetapi kaumnya malah mengatakan,

Wahai Shalih, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.” (QS. Huud: 62-63)

Namun, Meskipun begitu, Nabi Shalih ‘alaihissalam tidak membalas ejekan mereka dan tetap terus mendakwahi mereka. Beliau mengingatkan mereka dengan peristiwa yang menimpa umat-umat sebelum mereka berupa pembinasaan yang disebabkan kekafiran dan sikap keras mereka terhadap dakwah. Beliau ‘alaihissalam berkata,

Dan ingatlah di waktu Allah menjadikan kalian pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagi kalian di bumi. Kalian dirikan istana-istana di tanah-tanah yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi.” (QS. Al A’raaf: 74)

Selanjutnya Nabi Sholih ‘alaihissalam menerangkan kepada mereka jalan yang lurus, yaitu beribadah hanya kepada Allah, dan bahwa sekiranya mereka mau meminta ampun dan bertaubat kepada Allah, niscaya Allah akan mengampuni dan menerima taubat mereka, Beliau berkata,

Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Robb yang berhak disembah selain Dia. Dia telah menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Robbku sangat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Huud: 61)

Mendengar seruan tersebut, Maka berimanlah segolongan kaumnya yang fakir, sedangkan golongan yang kaya tetap kafir dan bersikap sombong sambil mendustakan, mereka berkata,

“Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu, kita benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila,–Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang sangat pendusta lagi sombong.” (QS. Al Qamar: 24-25)

Bahkan orang-orang kafir itu tetap di atas kesesatannya dan dengan tegas mereka berkata,

Sesungguhnya Kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu.” (QS. Al A’raaf: 76)

Selanjutnya, Ketika Nabi Shalih ‘alaihissalam melihat mereka tetap berada di atas kekafiran dan kesesatannya, maka ia masih tetap berharap mereka segera bertaubat dan beriman kepada Robb semesta alam, maka dari itu beliau ‘alaihissalam berkata,

Wahai kaumku, bagaimana menurut kalian jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Robbku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Maka kalian hanya menambah kerugian kepadaku.” (QS. Huud: 63)

Nabi Shalih ketika itu berdakwah kepada kaumnya dengan akhlak dan adab yang mulia, Beliau berdakwah kepada mereka dengan hikmah, nasihat yang baik, dan terkadang dengan berdebat pada saat dibutuhkan, yakni berdebat untuk menguatkan bahwa beribadah kepada Allah itulah yang benar dan merupakan jalan yang lurus.

Akan tetapi kaumnya tetap saja berada di atas kekafiran, bahkan mereka sampai membuat makar untuk Nabi Shalih ‘alaihissalam agar manusia tidak ada yang beriman kepadanya. Pernah suatu hari Nabi Shalih mengajak mereka beribadah kepada Allah dan menerangkan nikmat-nikmat Allah yang besar, dan bahwa nikmat tersebut harus disyukuri dan diingat, tetapi mereka malah menantangnya dan mengatakan,
Kamu tidak lain hanya seorang manusia seperti kami, maka datangkanlah sesuatu mukjizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. (QS. Asy Syu’araa: 54)


Lalu bagaimanakah kelanjutan Kisah Nabi Sholih ‘alaihissalam? Bagaimanakah sikap beliau ‘alaihissalam ketika mendapat tantangan dari kaumnya tersebut? insyaAlloh kita akan simak kelanjutan kisahnya pada edisi yang akan datang. Wallohu a’lam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KISAH NABI SHALIH ‘ALAIHISSALAM DALAM AL-QUR'AN BAGIAN 1"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.