Bahaya Bicara berlebihan, Di antara adab berbicara yang dicontohkan
oleh Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam adalah berbicara seperlunya, tidak
berlebihan. Kita diperintahkan untuk berbicara hanya yang baik-baik saja.
Beliau melarang kita banyak bicara dengan pembicaraan yang tidak terkait dengan
dzikir kepada Alloh ‘Azza wa Jalla.
Kemampuan seseorang untuk meninggalkan apa
saja yang tidak berguna baginya menjadi salah satu tanda bagusnya keislaman dia,
dan Alloh ‘Azza wa Jalla menjadikannya sebagai ciri orang Mukmin yang beruntung.
Kemampuan tersebut membawa seorang Mukmin hanya akan
berbicara apabila ia yakin pembicaraannya baik, dan diam apabila ada dorongan
untuk berkata yang tidak baik. Ia berusaha sekuat tenaga agar tidak ada seorangpun
di antara kaum Muslimin yang tersakiti akibat perkataan dan perbuatannya.
Banyak berbicara selain untuk hal yang terkait dengan
dzikir kepada Alloh ‘Azza wa Jalla akan membuka peluang terjerumusnya manusia
ke dalam urusan-urusan yang tidak berfaedah. Dan di antara bahan pembicaraan
yang mendorong seseorang banyak bicara adalah pembicaraan yang tidak penting.
Kita dilarang banyak bicara, sebagaimana sabda Nabi
sholallohu ‘alaihi wasallam,
Dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhu berkata, bahwa Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa Salam bersabda,
“Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada
Alloh, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Alloh membuat hati menjadi
keras, dan orang yang paling jauh dari Alloh adalah orang yang berhati keras”.
Hadits Riwayat Tirmidzi.
Dan dari Abu
Hurairoh rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Alloh meridhoi kalian karena tiga perkara, dan membenci dari kalian
tiga perkara. Meridhoi kalian jika, kalian beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, kalian berpegang teguh terhadap tali agama
Alloh secara bersama-sama, dan saling menasehati terhadap orang yang Alloh beri
perwalian urusan kalian. Dan Alloh membenci kalian jika, Banyak bicara, menyia-nyiakan
harta, dan banyak bertanya”. Hadits
Riwayat Malik.
Kita boleh banyak bicara apabila pembicaraan yang kita
lakukan merupakan bagian dari dzikir kepada Alloh ‘Azza wa Jalla, yakni
berbicara tentang kebenaran serta amar makruf nahi mungkar, sebagaimana dituntunkan
Alloh ‘Azza wa Jalla dan Rosul-Nya.
Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Semoga Alloh memberikan keindahan kepada seseorang yang mendengar sesuatu dari
kami, lalu ia menyampaikannya sebagaimana ia dengar. Betapa banyak orang yang
menyampaikan lebih paham dari yang mendengar”. Hadits Riwayat Abu Dawud dari
Anas bin Malik.
Selanjutnya pendengar. Akibat dari banyak bicara akan
sangat merugikan diri kita sendiri. Sebagaimana dalam satu riwayat,
“Tersebutlah seorang remaja menemui ajalnya pada perang
Uhud. Ia ditemukan dalam keadaan di mana perutnya diikat dengan batu untuk
menahan lapar. Ibunya mengusap debu di wajahnya seraya berkata, “Anakku,
selamat bagimu karena kau telah mendapatkan surga”.
Rosululloh bersabda, “Apa
yang membuatmu yakin?. Barangkali saja ia berbicara tentang hal yang tidak
penting dan mencegah sesuatu yang tidak merugikannya”. Hadits Riwayat Tirmidzi.
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Siapapun yang banyak bicara, maka dia akan banyak
keliru. Orang yang banyak keliru, maka dosanya akan berlimpah. Orang yang
dosanya berlimpah, akan masuk neraka”. Hadits Riwayat Thobroni.
Itulah barangkali pendengar, kenapa orang yang banyak
bicara hatinya menjadi keras. Setiap dosa yang dilakukan menyebabkan hati
menjadi keras, semakin banyak dosa semakin keras pula hatinya.
Betapa banyak manusia yang senang melibatkan diri dalam
urusan yang tidak berfaedah. Kita bisa mengevaluasi pembicaraan yang ada di
televisi, kumpulan orang, rapat, pasar, terminal, pelabuhan dan lain-lain.
Cobalah simak, manakah yang lebih banyak?, pembicaraan baik, sia-sia, atau
pembicaraan buruk?.
Ternyata pembicaraan sia-sia dan tidak baik lebih
dominan. Apalagi dalam sinetron, infotainmen, berita, percakapan, dan lain
sebagainya, sedikit sekali perkataan baik yang kita dengarkan. Kepada kita
banyak diperlihatkan dan diperdengarkan kata-kata caci maki, perbincangan aib,
ghibah, kecurigaan, pertentangan, penghinaan, dan pembicaraan buruk lainnya
yang seharusnya kita hindari jauh-jauh.
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam mewanti-wanti
kita semua untuk menjaga lisan, nikmat besar Alloh ‘Azza wa Jalla yang
dianugerahkan kepada manusia. Lisanlah alat komunikasi terpenting manusia, melahirkan
apa yang ia pikirkan dan di yakini. Kemampuan seseorang menjaga lisan untuk
mengucapkan hanya yang baik dan benar, merupakan prestasi luar biasa yang
menjamin keseluruhan anggota tubuh dalam keadaan baik.
Dari Uqbah bin Amir rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata,
“Saya bertemu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu Beliau bersabda
kepadaku, “Wahai Uqbah bin Amir, sambunglah hubungan silaturahim terhadap orang
yang memutuskannya, berikanlah sesuatu kepada orang yang bakhil terhadapmu, dan
maafkanlah orang yang telah menzhalimi kamu”. Uqbah berkata, “Kemudian saya
mendatangi Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, Beliau lalu bersabda
kepadaku, “Wahai Uqbah, jagalah lisanmu, menangislah atas dosa-dosamu, dan
hendaklah rumahmu memberikan kelapangan untukmu”. Hadits Riwayat Ahmad.
Dari Abu Sa’id Al Khudri rodhiyallohu ‘anhu, Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila manusia berada di waktu pagi,
seluruh anggota badan menutupi kesalahan lisan, lalu berkata, Takutlah pada Alloh
tentang kami, kami bergantung padamu, bila kau lurus kami lurus, dan bila kamu
bengkok kami bengkok”. Hadits Riwayat Tirmidzi.
Demikianlah pembahasan kita pada edisi kali ini,
mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dan hikmahnya, terlebih kita bisa
menerapkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita yakinkan diri
untuk berkata hanya yang baik saja!. Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
0 Response to "BAHAYA BICARA BERLEBIHAN"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.