MAKNA IHSAN



IHSAN, Seringkali kita membaca atau mendengar kata ”ihsan” di berbagai buku dan kajian keislaman. Bahkan, di dalam al-Qur’an dan al-Hadis banyak sekali kita dapati perintah agar kita berbuat ihsan. Lantas apakah yang disebut dengan ikhsan itu?
dalam sebuah hadist Nabi  pernah bersabda,      
الْإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya. Namun apabila engkau tidak mampu melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu.”

Jadi yang dimaksud dengan ikhsan adalah adalah kita beribadah kepada Alloh  seakan-akan berdiri di hadapan-Nya dan seolah melihat-Nya.  dan barangsiapa yang dapat melakukannya, maka akan beribadah dengan khusyu’ dan sempurna. Namun, apabila tidak mampu beribadah dengan keadaan seperti itu, maka wajib untuk merasa bahwa Alloh  mengawasin dan tidak ada sesuatupun yang luput dari pengawasan-Nya. Oleh karena itu, seseorang yang berbuat ihsan akan senantiasa berhati-hati karena Alloh  melihat dan mengawasinya setiap saat.

Dalam kitab Jaami’ul-‘Ulum wal-Hikam, Ibnu Rajab  menjelaskan, bahwa di antara makna sabda Nabi ,Namun apabila engkau tidak mampu melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu’; adalah, barangsiapa yang merasa berat untuk beribadah kepada Alloh  dengan keadaan seakan-akan melihat-Nya, hendaklah beribadah kepada Alloh  dengan menghadirkan hati bahwa Alloh  melihatnya dan mengawasinya. Kemudian hendaknya merasa malu terhadap penglihatan dan pengawasan Alloh  kepadanya.”

ada tiga hal yang harus kita ketahui berkenaan dengan permasalahan ihsan ini.
Yang pertama adalah ihsan dalam beribadah.
Ihsan dalam beribadah maksudnya adalah menunaikan semua jenis ibadah, seperti sholat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat sehingga dapat menikmati ibadah tersebut dan juga dengan kesadaran penuh bahwa Alloh  senantiasa memantaunya, hingga ia merasa bahwa sedang dilihat dan diperhatikan oleh Alloh  .

Atau paling tidak, seorang hamba merasakan bahwa Alloh  senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rosululloh  yang berbunyi, “Hendaklah kamu menyembah Alloh  seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Kemudian yang kedua, adalah ihsan dalam Muamalah  atau Hubungan Sosial dengan sesama hamba.
Berbuat ihsan dalam bermuamalah artinya bermuamalah sesuai dengan apa yang diperintahkan Alloh  dan menjauhi segala hal yang dilarang-Nya. Ia juga merasa bahwa muamalahnya dilihat dan diawasi oleh Alloh  dan kelak ia akan mempertanggungjawabkannya kepada Alloh  di hari kiamat.
Dalam surat an-Nisa ayat 36 Alloh  berfirman,
“Sembahlah Alloh dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Berbuat ihsanlah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”

Pada ayat ini Alloh  mengabarkan, bahwa berbuat ihsan dalam bermuamalah erat kaitannya dengan berbuat ihsan kepada Alloh. Maka Ihsan dalam bermuamalah dengan sesama hamba menunjukkan benarnya ihsan hamba kepada Alloh . Sebaliknya, orang yang tidak ihsan atau tidak baik dalam bermuamalah  merupakan bukti bahwa ia tidak berbuat ihsan kepada Alloh .

Adapun ihsan yang ketiga adalah ihsan dalam ahlak atau bertingkah laku.
Ihsan dalam akhlak merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkatan ihsan dalam akhlaknya, apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rosululloh , yaitu menyembah Alloh  seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Alloh  senantiasa melihat kita.

Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku dalam diri, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.

Jadi, nilai ihsan pada diri seseorang yang diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya akan terlihat dalam akhlak kesehariannya, Bagaimana ia berakhlak dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri.

Dari penjelasan ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ihsan merupakan puncak prestasi ibadah, muamalah, dan akhlak seorang muslim. Oleh karena itu, sudah selayaknya, kita  berusaha semaksimal dan seoptimal mungkin agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Alloh  tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya. Semoga Alloh  memudahkan kita untuk mencapai tingkatan ini. Amin, Wallohu a’lam bish showwab.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKNA IHSAN "

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.